Ide Gila Sepatu dari Pelepah Pisang Ini Tembus Pasar Dunia


Serbulagi - Pelepah atau batang pisang seringkali dibiarkan membusuk untuk dijadikan pupuk alami kebanyakan para petani.

Para petani yang telah mengunduh pisang, biasanya meninggalkan pelepah pisang ini terbengkalai begitu saja karena memang tidak memiliki manfaat secara langsung kecuali menjadi pupuk.

Tetapi bagi orang-orang tertentu yang jiwa enterpreneur-nya tinggi selalu mendapat gagasan untuk  mengolah apa saja untuk dijadikan ajang bisnis, termasuk pelepah pisang ini.


Orang dengan jiwa wiraswasta yang luar bisa itu bernama Suminah, 46 tahun, wanita asal Bengkulu ini telah menjadikan pelepah pisang sebagai produk yang layak dijual bahkan hingga mancanegara.

 Awalnya Suminah membuat kerajingan tangan dari pelepah pisang berupa gantungan, tas, tempat tisue, atau tatakan gelas. Setiap pelepah pisang berserak, setiap itu pula pelepah itu dijadikan bahan baku untuk disulap menjadi kerajinan yang memikat hingga ke mancanegara. Suminah memproduksi semua itu berkat pesanan saja. Karena itu pula produk buatan Suminah kurang dikenal masyarakat.

Suminah Sempat Dikira Orang Gila

Pada awal-awal memproduksi sandal dan sepatu dari pelepah pisang ini tahun 2012, Suminah sempat disangka orang gila karena aktivitas "nyelenehnya" dalam mengorek-korek pelepah pisang di kebun-kebun milik tetangga.

Sebenarnya Suminah memiliki lahan pisang sendiri seluas setengah hektar, tetapi sedikit sekali pelepah pisang berkualitas yang layak untuk dijadikan sepatu. Oleh karena itu, Suminah melakukan perburuan dengan mencari di kebun tetangga yang membuang pelepah pisang ini.

Wanita transmigran asal Jawa ini tak mengenal lelah untuk terus mencari formula tepat bahan baku pelepah pisangnya. Penting dipahami, bahan baku berupa pelepah pisang yang akan dibuat sepatu atau sandal berbeda dengan bahan baku pelepah pisang untuk produksi gantungan kunci atau tempat tisue seperti yang sering dia buat.


Warga Desa Harapan Makmur, Bengkulu ini terus mencari bahan baku yang layak untuk kemudian dijadikan sepatu dan sandal tanpa menghiraukan suara miring dari penduduk desa. Bahan baku yang dimaksud Suminah sangat sulit didapat, karena tekstur, kadar air, dan gestur pada pelepah pisang berkualitas sangat sulit didapat.

Wanita yang kini menjadi duta wirausaha BNI ini terus berinovasi dalam usaha penciptaan bahan baku yang ideal untuk produk sepatunya. Berbagai cara ia lakukan dengan coba-coba, memotong pelepah, menjemur, merendam termasuk mengeringkan dengan cara oven. Mengeringkan dengan cara oven ini ternyata dinilai berhasil, bahan baku berkualitas di dapat tanpa harus sibuk mengorek-korek pelepah pisang seharian.

Keberhasilannya dalam membuat kerajinan tangan dari pelepah pisang ini memudahkannya dalam memproduksi sepatu.

Bermodal pelatihan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bengkulu, ia berlajar membuat pola dan desain sepati dan sandal. Hasilnya diluar dugaan, sepatu dan sandal hasil produksinya habis diserap pasar hingga ia merasa kewalahan dalam melayani permintaan pasar yang terus meningkat.

 Hal ini disebabkan karena keindahan dan keunikan pada desain sepatu dan sandal tersebut. Suminah sengaja mengambil desain bercorak batik Bengkulu yang tampak serasi dan indah dengan pelepah pisang yang kering mengkilap itu.

Usaha Suminah yang awalnya bermodal 200 ribu rupiah ini telah meningkat tajam hingga beromzet 40 juta rupiah perbulannya. Kini ia mempekerjakan 15 orang warga desa yang dahulu mengolokinya sebagai orang gila.

Berkat bimbingan dari Pemda Bengkulu, usaha Suminah kini telah merambah kawasan Asia dan Eropa dengan harga jual antara 150 hingga 300 ribu rupiah. Ide "gilanya" ini kini tengah diupayakan dalam proses pembautan hak paten atas ide dan produksi sepatu dan sandal pelepah pisangnya.

Post a Comment

0 Comments